Sabtu, 26 November 2011


  
SUDUT
Di sudut kuterlentang…
Sudut kanan biru
Sudut  kiri putih
Sudut atas kuning
Sudut bawah cokelat
          Biru, putih, kuning, cokelat lebur jadi satu
          Tiba-tiba kian pudar
          Semakin kecil, menepi, menipis
          Tersisa lapis-lapis suara tangis
                   Air mata merangkak turun perlahan
                   Melintasi garis-garis rona pipi
                   Menjerit, teriak, tertawa, menangis
                   Sungguh pilihan yang ironis

“ SALAH ATAU BENAR”
Diam salah
Bicara salah
          Senyum salah
          Tertawa salah
                   Menyapa salah
                   Cuek juga salah
Datang salah
Pergi salah
Bahagia salah
Menangis juga salah      
          Yang mana benar…
          Yang mana salah…
          Hanya suara arus waktu
          Yang akan tahu…
          Yang mana benar…
          Yang mana salah…

DETIK KEBISUAN
Tak terbayangkan
Tak terpikirkan
Aku berada tepat di sebelah kirimu…
          Tangan kananmu menunjuk samudera
          Tangan kirimu menggempal bendera
          Sungguh ku tak tahu
          Arti semua itu…
Kuncup teratai simbolik melingkar di bawah kakimu
Desahan-desahan gerombolan malaikat kecil
Mengitari setiap detik demi detik kebisuanmu
Sungguh pesona yang Agung…
Kala itu…
Kudapati sudut demi sudut terpantul sedikit cahaya
Seakan-akan haus akan sepercik sinar harapan
Alam, hati, pikiran…
Satu demi satu berebut masuk dalam kegalauan hati
Tak berujung, tak terjawab dan tak dimengerti
Nafsu di Pasung
Ling…
Lang…
Lung…
          Ingin berpaling
          Ingin pulang
          Tergantung nyawa kalung
Sing…
Sang…
Sung…
          Sanubari yang terasing
          Terpatri tak berbekas tak terpasang
          Tak terjamah untuk di pasung
Nang…
Ning…
Nung…
          Ingin merangkak tuk menang
Membelah hawa nafsu dalam kening
Dalam jiwa bisu yang terkurung