SUDUT
Di sudut kuterlentang…
Sudut kanan biru
Sudut kiri putih
Sudut atas kuning
Sudut bawah cokelat
Biru, putih, kuning, cokelat lebur jadi satu
Tiba-tiba kian pudar
Semakin kecil, menepi, menipis
Tersisa lapis-lapis suara tangis
Air mata merangkak turun perlahan
Melintasi garis-garis rona pipi
Menjerit, teriak, tertawa, menangis
Sungguh pilihan yang ironis
“ SALAH ATAU BENAR”
Diam salah
Bicara salah
Senyum salah
Tertawa salah
Menyapa salah
Cuek juga salah
Datang salah
Pergi salah
Bahagia salah
Menangis juga salah
Yang mana benar…
Yang mana salah…
Hanya suara arus waktu
Yang akan tahu…
Yang mana benar…
Yang mana salah…
DETIK KEBISUAN
Tak terbayangkan
Tak terpikirkan
Aku berada tepat di sebelah kirimu…
Tangan kananmu menunjuk samudera
Tangan kirimu menggempal bendera
Sungguh ku tak tahu
Arti semua itu…
Kuncup teratai simbolik melingkar di bawah kakimu
Desahan-desahan gerombolan malaikat kecil
Mengitari setiap detik demi detik kebisuanmu
Sungguh pesona yang Agung…
Kala itu…
Kudapati sudut demi sudut terpantul sedikit cahaya
Seakan-akan haus akan sepercik sinar harapan
Alam, hati, pikiran…
Satu demi satu berebut masuk dalam kegalauan hati
Tak berujung, tak terjawab dan tak dimengerti
Nafsu di Pasung
Ling…
Lang…
Lung…
Ingin berpaling
Ingin pulang
Tergantung nyawa kalung
Sing…
Sang…
Sung…
Sanubari yang terasing
Terpatri tak berbekas tak terpasang
Tak terjamah untuk di pasung
Nang…
Ning…
Nung…
Ingin merangkak tuk menang
Membelah hawa nafsu dalam kening
Dalam jiwa bisu yang terkurung